Entah, sudah berapa kali kata mungkin tertepis dengan lantang. Namun ia terus saja datang, mengusik kenyataan. Kadang ia memang menyenangkan, namun seringnya ia menyembilu. Meriuhkan dada dengan luka-luka kecil tak tersembuhkan.
Dia tak mungkin terlupakan, meski jarum-jarum jam berputar hingga ia enggan. Dia tak akan hilang, meski waktu terus saja menyuap dengan kisah-kisah baru. Yang lebih menyenangkan, mengharu biru.
Berkali memasukinya, berkali itu pula selengkung garis terlukis, menarik sudut-sudut bibir, tersenyum. Sekian detik berlalu, sepi menikam dalam, membuah kesenyapan panjang. Dan ia ternikmati bersama kesemuan.
Menuliskannya adalah ketidakmungkinan. Bukan, bukan karena tak mampu, namun kata-kata akan terpenjara dalam langit lalu membeku di sana. Sedang pena tak mampu berbuat apa-apa.
Ialah kenangan, karib kesepian panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar